PUISI
KARYA : H. ISLACHUDDIN YAHYA, SEPT.2024
BALADA SANG MAULID DIBA’
Dulu waktu masih kecil
Kau adalah teman sejatiku
Kau selalu kubawa dalam dekapan menuju musholla setiap malam jumat
Kau kubaca dengan lagu khasmu
Kau kubaca dengan berbagai irama sesuai keinginanku
Kau kubaca dengan diikuti semangat yang sama
Penuh keikhlasan, penuh kasih sayang`
Penuh cinta pada Rosulullah
Sekarang, era teknologi dan informasi
Kau tetap menjadi teman sejatiku
Setiap hari kudengar dengan berbagai irama
Setiap hari kudengar dari berbagai tempat dan waktu
Setiap hari selalu menjadi semangatku
Bahkan kubawa ke mana-mana dalam ponselku
Agar mudah kudengar kapan pun
Kini aku telah dewasa..
Tampaknya sudah tidak minat lagi kepadamu
Apakah karena kau sudah tidak menarik lagi
Apakah karena ponselku sudah banyak terisi yang lain hingga kau terlupakan
Apakah kau sudah menjadi bacaan usang, kitab maulid diba’ bacaan yang kuno, Sholawat Nabi yang hanya tinggal kenangan
Apakah kau sekarang sudah menjadi bacaan yang tidak menambah pengetahuan, tidak lagi menambah semangat, tidak lagi mengikuti irama zaman, tidak lagi menambah cinta kasih pada Nabi Muhammad,
Atau mungkin hanya untuk nyanyian anak kecil
Anak yang baru saja belajar membaca? dan setelah dewasa sudah tidak diperlukan lagi?
Atau sudah tidak layak lagi dibaca bersama teman-teman di berbagai tempat setiap waktu dan di berbagai acara?
Sekarang kau kusimpan rapi sekali di tempat yang sangat tersembunyi
Di bagian pinggir rupanya sudah dimakan rayap terlihat sangat lusuh
Entah sekarang di mana, sampai terlupakan tempat menyimpannya, karena teman-teman diba’anku waktu kecil dulu sudah tidak bersama lagi, punya kesibukan sendiri-sendiri.
Kadang aku berpikir untuk kubuatkan tempat khusus sebagai kenangan masa kecil
Kadang aku berpikir untuk kubuatkan tempat sebagai perhiasan di ruang tamu
Tempat yang menarik agar bisa ditonton oleh para tamu
Tapi sayang, bentukmu kurang menarik, terlalu ramping, tidak begitu gagah, sehingga aku tidak berminat memajangmu!
Kau tidak begitu kuurus, kubiarkan menghilang dalam rumahku.
Kini kau sudah tersingkir
Dibiarkan dalam kesendirian dan kesepian
Bahkan di dalam ponsel, tak pernah lagi kudengar senandung sholawat nabi
Sudah tak ingat lagi di mana menyimpannya
Justru sering terdengar nyanyian-nyanyian najis, nyanyian-nyanyian maksiat, nyanyian-nyanyian yang membangkitkan nafsu setan
Setiap hari, setiap waktu, kapan pun, di mana pun berada.
Dulu, selepas isya’ setiap malam jumat, orang tua selalu mengingatkan
Bersama teman-teman dibaca beramai-ramai di musholla, di surau, di masjid., bahkan di rumah-rumah secara bergantian,
Kau dibaca beramai-ramai dengan berbagai irama syahdu
Sungguh aku sangat bahagia.
Kini, ketika usia mendekati senja
Aku tidak bisa lagi menikmati bacaan sholawat nabi,
Aku terlena sinar mata dunia
Bangun tidur yang dibaca pertama adalah HP
Pagi-pagi minum kopi sambil baca berita pasti di HP
Malam hari pegang HP, nonton berita TV lewat HP, nonton sinetron picisan yang tak pernah kunjung selesai juga lewat HP, belajar lewat HP, kerja lewat HP, kangen-kangenan lewat HP, curhat lewat HP,
Waktu senggang… masih HP menjadi idolaku,
bahkan ada anak kecil bercita-cita ingin jadi HP, karena semua orang sangat sayang padanya, ditempatkan paling istimewa, selalu diperhatikan, dan selalu dibawa ke mana saja.
Betapa gila daya sinarmu bisa merengkuh dunia,
Mereka lebih suka bawa HP dari pada bawa anak
Mereka lebih dekat HP dari pada dengan anak
Mereka lebih suka bermain dengan HP dari pada bercengkerama dengan keluarga
Mereka lebih suka makan bersama dengan HP dari pada dengan keluarga
Mereka lebih suka istirahat berdampingan dengan HP dari pada kumpul dengan keluarga
Mereka lebih suka tidur bersanding dengan HP dari pada dengan anak
Mereka lebih suka menaruh lagu-lagu di HP dari pada menyimpan hikmah senandung sholawat nabi
Entah sekarang di mana namanya kitab maulid diba’ yang selalu dinikmati dengan irama penuh berkah?
Sekarang di mana, di mana ….. Seolah kau hilang ditelan bumi!
Hanya sesekali terdengar sayup-sayup sangat tua
Aku sudah benar-benar melupakanmu
Hidupku terasa kering, gelisah menyelimuti
Aku ingin kembali bersamamu, membuka lembaran-lembaran baru, melantunkan sholawat nabi “Allahuma sholli ala sayyidina muhammad”
Setengah mati aku sangat rindu syafaat darimu
Bening telaga firdaus menorehkan kalam uswahmu.